SAKIT TAK MENYURUTKAN KEINGINANNYA
UNTUK BEKERJA
Langit begitu
mendung, tak terlihat oleh siapapun bahwa pada saat itu merupakan pagi hari.
Awan mendung menyelimuti tanah abadi, sinar mataharipun malu untuk meyambut
pagi karena terhalagi oleh awan hitam yang begitu kelabu. Suanana di desa
kampung tengah ini memang sangat indah apalagi kendaraan lalu lalang tidak
terlalu banyak. Apalagi di desa kampung tengah ini jauh dari keramaian kota
yang begitu megah.
Sementara
Jamaliah (71),janda yang merupakan warga Desa Sungai Ungar ini duduk di beranda
rumah dengan melipat kedua kakinya. Sesekali ia melihat tangan kirinya dan
mengelus halus tangan kirinya. Kecelakaan yang menimpa dirinya sekitar sebulan
yang lalu membuat dirinya tidak bisa berbuat apa – apa. Tangan kiri yang dahulu
bisa melakukan semua pekerjaan, kini tangan tersebut tidak bisa di gunakan
lagi. Sedih melihat keadaannya, umur yang semakin tua tak menyurutkan semua
keinginannya.
Menjelang pukul
05.30 WIB, nenek yang memiliki empat orang anak dan memiliki cucu sepuluh ini
bergegas mempersiapkan perlengkapan untuk memotong kayu bakar. Dengan memegang
sebilah parang, jamaliah mulai memotong kayu bakar untuk memasak. Satu persatu
kayu di belahnya, keringat yang ia keluarkan tak seberapa dengan rasa sakit
yang ia derita. Perih yang terasa dari tangannya tak ia risaukan, sesekali ia
memijit tangan kirinya untuk menghilangkan rasa perih tersebut.
Walaupun dengan
menggunakan tangan kanannya, Jamaliah seolah mati rasa dengan keadaannya
sekarang. Dunia yang semangkin modern ini, tak menyurutkan keinginan Jamaliah
untuk melakukan sesuatu. Sudah dua kali ia berobat ke puskesmas, namun hal
tersebut tak menampakkan hasil pada tangan kirinnya. “Sekarang sudah agak
kurang sakitnya, hanya sesekali saja timbul rasa perih di tangan kiri saya. Tak
mengapa yang penting sekarang saya sudah bisa bekerja walaupun tidak seperti
kemaren sebelum kecelakaan,” kenangnya.
Janda yang
sudah berumur 71 tahun ini di kenal sebagai wanita yang ramah dan gigih ini.
Hampir semua tetangga Jamaliah mengaku bahwa ia merupakan wanita yang gigih dan
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluargannya. “Mbah liah itu, orangnya
baik dan ramah. Dia sangat bertetangga orangnya apalagi ia merupakan orang
tertua di Kampung Tengah ini, orang banyak menyeganinya,” tutur Painah tetangga
Jamaliah.
Jamaliah juga
menceritakan selain menjual kayu bakar ia juga memotong pohon karet untuk
mendapatkan getahnya, dan getah tersebut di jual untuk menambah kebutuhan
keluarganya. Kehidupan yang berat itu terasa semenjak ia di tinggal suaminya
menghadap sang khalik. “Suami saya wafat sedikitpun tidak meninggalkan harta
untuk anak – anak saya, kami dari dahulu memang serba berkecukupan yang penting
bisa beli beras dan lauk,” ucap Jamaliah dengan wajah menunduk ke bawah.
“Sekarang
susah, harus membanting tulang demi mencukupi kebutuhan keluarga apalagi anak
masih sekolah, sekarang sudah agak lumayan semenjak semua anak saya tamat
sekolahnya dan bisa bantu saya juga,” ucap Jamaliah.
Membelah kayu
dan memotong getah karet masih di lakukan Jamaliah hingga sekarang, namun di
lakukan tidak seperti dahulu pagi – pagi buta sudah pergi kehutan untuk mencari
getah karet sekitar pukul 04.00 WIB. “Sekarang saya memotong kayu untuk
menambah kebutuhan makan saja paling tidak mulai pukul 06.00 sampai 08.00 WIB,”
tuturnya. Walaupun anak – anaknya melarang untuk bekerja, Jamaliah tidak
keberatan untuk melakukan pekerjaan tersebut. “Hitung – hitung mencari
keringat, untuk meringankan badan apalagi kalau tidak bergerak badan saya sakit
– sakit semua,” ucap Jamaliah sambil tersenyum.