Kamis, 20 Juni 2013

SAKIT TAK MENYURUTKAN KEINGINANNYA UNTUK BEKERJA




SAKIT TAK MENYURUTKAN KEINGINANNYA UNTUK BEKERJA

Langit begitu mendung, tak terlihat oleh siapapun bahwa pada saat itu merupakan pagi hari. Awan mendung menyelimuti tanah abadi, sinar mataharipun malu untuk meyambut pagi karena terhalagi oleh awan hitam yang begitu kelabu. Suanana di desa kampung tengah ini memang sangat indah apalagi kendaraan lalu lalang tidak terlalu banyak. Apalagi di desa kampung tengah ini jauh dari keramaian kota yang begitu megah.
Sementara Jamaliah (71),janda yang merupakan warga Desa Sungai Ungar ini duduk di beranda rumah dengan melipat kedua kakinya. Sesekali ia melihat tangan kirinya dan mengelus halus tangan kirinya. Kecelakaan yang menimpa dirinya sekitar sebulan yang lalu membuat dirinya tidak bisa berbuat apa – apa. Tangan kiri yang dahulu bisa melakukan semua pekerjaan, kini tangan tersebut tidak bisa di gunakan lagi. Sedih melihat keadaannya, umur yang semakin tua tak menyurutkan semua keinginannya.
Menjelang pukul 05.30 WIB, nenek yang memiliki empat orang anak dan memiliki cucu sepuluh ini bergegas mempersiapkan perlengkapan untuk memotong kayu bakar. Dengan memegang sebilah parang, jamaliah mulai memotong kayu bakar untuk memasak. Satu persatu kayu di belahnya, keringat yang ia keluarkan tak seberapa dengan rasa sakit yang ia derita. Perih yang terasa dari tangannya tak ia risaukan, sesekali ia memijit tangan kirinya untuk menghilangkan rasa perih tersebut.
Walaupun dengan menggunakan tangan kanannya, Jamaliah seolah mati rasa dengan keadaannya sekarang. Dunia yang semangkin modern ini, tak menyurutkan keinginan Jamaliah untuk melakukan sesuatu. Sudah dua kali ia berobat ke puskesmas, namun hal tersebut tak menampakkan hasil pada tangan kirinnya. “Sekarang sudah agak kurang sakitnya, hanya sesekali saja timbul rasa perih di tangan kiri saya. Tak mengapa yang penting sekarang saya sudah bisa bekerja walaupun tidak seperti kemaren sebelum kecelakaan,” kenangnya.
Janda yang sudah berumur 71 tahun ini di kenal sebagai wanita yang ramah dan gigih ini. Hampir semua tetangga Jamaliah mengaku bahwa ia merupakan wanita yang gigih dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluargannya. “Mbah liah itu, orangnya baik dan ramah. Dia sangat bertetangga orangnya apalagi ia merupakan orang tertua di Kampung Tengah ini, orang banyak menyeganinya,” tutur Painah tetangga Jamaliah.
Jamaliah juga menceritakan selain menjual kayu bakar ia juga memotong pohon karet untuk mendapatkan getahnya, dan getah tersebut di jual untuk menambah kebutuhan keluarganya. Kehidupan yang berat itu terasa semenjak ia di tinggal suaminya menghadap sang khalik. “Suami saya wafat sedikitpun tidak meninggalkan harta untuk anak – anak saya, kami dari dahulu memang serba berkecukupan yang penting bisa beli beras dan lauk,” ucap Jamaliah dengan wajah menunduk ke bawah.
“Sekarang susah, harus membanting tulang demi mencukupi kebutuhan keluarga apalagi anak masih sekolah, sekarang sudah agak lumayan semenjak semua anak saya tamat sekolahnya dan bisa bantu saya juga,” ucap Jamaliah.
Membelah kayu dan memotong getah karet masih di lakukan Jamaliah hingga sekarang, namun di lakukan tidak seperti dahulu pagi – pagi buta sudah pergi kehutan untuk mencari getah karet sekitar pukul 04.00 WIB. “Sekarang saya memotong kayu untuk menambah kebutuhan makan saja paling tidak mulai pukul 06.00 sampai 08.00 WIB,” tuturnya. Walaupun anak – anaknya melarang untuk bekerja, Jamaliah tidak keberatan untuk melakukan pekerjaan tersebut. “Hitung – hitung mencari keringat, untuk meringankan badan apalagi kalau tidak bergerak badan saya sakit – sakit semua,” ucap Jamaliah sambil tersenyum.

SOSOK SEORANG PENYAPU JALANAN



SOSOK SEORANG PENYAPU JALANAN

Kehidupan yang sempurna, keinginan yang pasti diinginkan oleh setiap manusia. Tapi, tak jarang sebagian dari manusia itu memiliki kehidupan yang jauh dari kesempurnaan. Hal ini lah yang dirasakan oleh bu normah yang berusia 58 tahun.
Ia memulai pekerjaannya sebagai penyapu jalanan sudah berinjak 13 tahun. Ibu Normah yang merupakan warga asli Tanjungpinang ini, sangatlah tegar dalam menjalani hidup. “Walaupun hidup ini susah, semuanya pada mahal saya tetap sabar menjalaninya sebagai penyapu jalanan,” ucap ibu Normah.
Dengan gaji sebesar Rp1,3 juta ia dapat dari Kebersihan Kota Tanjungpinang sebagai upah kerjanya. “Biasanya saya ambil di Kantor Dinas Kebersihan bersama teman – teman penyapu jalanan lainnya,” ucap bu Normah.
Hidup yang ia tempuh untuk mecari sesuap nasi memanglah sangat susah. Apalagi pada saat ini, zaman yang serba canggih dan modern. Banyak orang yang dibawah rata – rata mengalami  keterpurukan pada zaman yang serba maju ini.
Hidup sebagai seorang janda dan tidak memiliki anak, memanglah berat bagi ibu normah. Sakit katarak yang ia derita memang menjadi beban berat untuk dirinya. Sampai saat ini ia belum juga dana bantuan untuk mengatasi masalah penyakit yang diderita bu Normah. “Biarpun saya sakit, tapi tidak akan menyurutkan keinginan saya untuk mencari nafkah,” ujar Bu Normah.
Semangat dan Pantang menyerah, kerap kali dilakukan oleh bu Normah dalam menjalani hidup. Walaupun ia hidup sebatang kara, ia tetap gigih dan sabar dalam menghadapi roda kehidupan yang sangat laju ini.